Hidup dan Hukum Kepentingan Diri: Menyibak “Law of Self-Interest”

Table of Contents
Law of Self-Interest
Law of Self-Interest

Coba perhatikan bagaimana orang bertindak dalam kesehariannya? Dari hal sederhana seperti memilih makanan di warung hingga keputusan besar seperti memilih karier, hampir semua pilihan manusia dipengaruhi oleh satu hal yaitu kepentingan diri sendiri. Inilah yang dalam ilmu ekonomi dan filsafat disebut sebagai law of self-interest atau hukum kepentingan diri.

Secara sederhana, hukum ini mengatakan bahwa setiap orang, pada dasarnya, terdorong untuk bertindak demi kebaikan dirinya sendiri. Bahkan ketika terlihat seolah-olah mereka sedang menolong orang lain, sering kali ada dorongan halus di baliknya, rasa bahagia, kepuasan, atau bahkan harapan akan imbalan di masa depan.

Contoh paling sederhana? Bayangkan seseorang yang suka berbagi makanan dengan tetangga. Nampak mulia, kan? Tapi di balik itu, bisa jadi ia merasa bahagia karena dihargai, ingin menciptakan lingkungan harmonis, atau sekadar berharap suatu saat tetangga itu akan membalas kebaikannya. Artinya, tetap ada benang merah dengan kepentingan pribadi.

Self-Interest Bukan Egoisme Buta

Mendengar “kepentingan diri”, banyak orang langsung membayangkan egoisme yang kaku dan dingin. Padahal, law of self-interest tidak selalu berarti mementingkan diri dengan mengorbankan orang lain. Justru sebaliknya, hukum ini sering menjadi penggerak kolaborasi.

Ambil contoh dalam dunia bisnis. Seorang pengusaha mungkin ingin meraih keuntungan, itu betul. Tapi untuk sampai ke sana, ia harus memastikan produknya bermanfaat dan dibutuhkan orang lain. Kalau tidak, bisnisnya tidak akan bertahan lama. Jadi, demi kepentingan diri, ia justru berkontribusi terhadap kepentingan orang banyak.

Adam Smith, bapak ekonomi modern, sudah lama menekankan hal ini. Menurutnya, dorongan kepentingan pribadi adalah motor penggerak pasar yang membuat orang menghasilkan barang dan jasa yang bermanfaat. Singkatnya, dengan mengejar kepentingan diri, seseorang tanpa sadar juga ikut menyejahterakan orang lain.

Ketika Kepentingan Diri Menjadi Bumerang

Namun, tentu saja tidak semua bentuk kepentingan diri berakhir baik. Ada kalanya, jika tidak dikendalikan, dorongan ini bisa menjerumuskan. Misalnya, seseorang yang terlalu sibuk mengejar ambisi pribadi bisa mengabaikan kesehatan, keluarga, atau nilai moral. Atau, dalam skala lebih luas, kepentingan diri yang berlebihan dapat melahirkan kesenjangan sosial, korupsi, bahkan kerusakan lingkungan.

Di sinilah refleksi penting dimulai. Apakah kepentingan diri yang ingin di kejar juga memberi manfaat bagi orang lain, atau justru merugikan mereka?

Belajar Menyelaraskan

Hukum kepentingan diri sejatinya bukan sesuatu yang bisa kita lawan, ia bagian dari kodrat manusia. Yang bisa kita lakukan adalah menyelaraskannya.

Bayangkan kalau setiap orang mengarahkan kepentingan dirinya pada hal-hal yang tidak hanya menguntungkan pribadi, tapi juga bermanfaat bagi orang lain. Seorang penulis misalnya, ingin terkenal lewat karyanya. Kepentingan dirinya adalah popularitas. Tapi kalau tulisannya juga mencerahkan banyak pembaca, maka dua kepentingan pribadi dan sosial, bertemu di titik yang sama.

Inilah seni menjalani hidup dengan “law of self-interest” yaitu dengan mengenali dorongan pribadi, lalu mengarahkan dorongan itu agar selaras dengan kebaikan bersama.

Renungan

Pada akhirnya, setiap kita bergerak karena sebuah alasan. Law of self-interest tidak bisa dihapus, tapi bisa dipahami dan dikelola. Kita mungkin tidak pernah sepenuhnya bebas dari kepentingan diri, tapi kita bisa memilih jenis kepentingan apa yang ingin kita kejar.

Apakah hanya sekadar memuaskan ego jangka pendek, atau kepentingan diri yang lebih matang, yang justru memberi manfaat lebih luas?

Hidup ini, kalau dipikir-pikir, memang soal kepentingan diri. Tapi kitalah yang bisa menentukan, apakah kepentingan itu membuat kita tumbuh bersama orang lain, atau justru berjalan sendirian dalam lorong sempit egoisme.

Razi
Razi Assalamu’alaikum. Saya Razi pengelola Blog Razinotes.com Terima kasih sudah singgah di blog sederhana ini, semoga ada manfaat meski hanya sedikit catatan yang tertulis. Jika ada salah, mohon dimaafkan. Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Posting Komentar